Jumat, 21 Agustus 2015

Kumpulan Cerpen



Bukan cerita cinta

Beginilah hidup Rafael nainggolan, tiap hari tidak ada yang pedulidan menemani, bukan karena dia orangnya aneh, jahat atau sebagainya, dia hanya pendiam dan kurang bisa bergaul.Rafa tinggal disebuah gang sempit di daerah Jakarta utara, dia tinggal bersama neneknya seorang, walaupun begitu rafa juga mempunyai seorang teman dekat bernama Doni.Doni inilah satu-satunya teman rafa yang sangat peduli terhadap keadaannya, maklum Doni adalah teman rafa sejak SD dan sekarang pun mereka masih satu sekolah yaitu di SMAN 12 Medan rerapi mereka berdua berbeda kelas. Pagi yang cerah itu seperti biasa Rafa pergi ke sekolah dan tak sengaja dia melihat papan pengumuman bahwa sekolahnya akan mengadakan festival musik yang akan diikuti sekolah SMA seluruh Medan.

“Raf, kamu sudah melihat pengumuman yang ditempel dekat ruang guru?” kata Doni sambil menghampiri Rafa.
“Sudah, memang kenapa?” jawab Rafa dengan tidak antusias.
“Ayo kita ikut festival itu, siapa tau kita menang dan mendapatkan hadiahnya” kata Doni dengan penuh semangat.
“Sudah ku bilang aku tak akan bermain musik, aku benci dengan musik” jawab Rafa dengan ketus.
“Kenapa kau ini,selama ini aku sudah cukup sabar dengan sifatmu, semenjak kau masuk SMA tingkahmu menjadi aneh, kau menjadi pendiam dan yang paling aku heran, mengapa kau begitu benci dengan musik padahal dulu kamulah yang mengajari ku bermain musik.”

Kemudian Doni pergi meninggalkan Rafa dengan penuh kekecewaan.Semenjak kejadian itu Doni satu-satunya teman dekat Rafa pun mulai menjauhi Rafa.Keesokan harinya disekolah, Doni bersama temannya yaitu Vira tak sengaja berpapasan dengan Rafa, kemudian Doni pun langsung  membuang muka.

“Kenapa kelihatan kamu sekarang menjauhi Rafa?” Tanya Vira.
“Buat apa peduli dengan orang aneh semacam Rafa itu” Jawab Doni dengan geram
“Tapi bukankah kalian kan selama ini sahabat yang tak terpisahkan?”Kata Vira
“Kenapa kamu begitu peduli dengan orang aneh itu, jangan-jangan kau suka dengan Rafa ya?”
“Kalau iya kenapa, sebenarnya sudah sejak lama aku suka kepada Rafa, jadi tolong  ceritakan kepada ku kenapa kamu sekarang menjauhi Rafa!” Ujar Vira

Doni menceritakan semuanya kepada Vira, setelah itu Vira malah menjadi penasaran kenapa seorang Rafa yang awalnya sangat gemar bermain musik, humoris serta ramah menjadi pendiam dan terkesan acuh dengan semua orang, dari situlah Vira mulai mencari tahu sebabnya.

Keesokan harinya Vira berniat untuk tidak masuk sekolah untuk pergi ke rumah Rafa, dan setelah lama mencari akhirnya dia pun menemukan rumah Rafa, kemudian Vira berbincang-bincang dengan nenek Rafa dan neneknya pun menceritakan mengapa Rafa menjadi seperti sekarang.

“Dulu Rafa adalah anak yang ceria, suka bergaul dan sangat senang bermain musik bahkan dia pernah menjadi juara pentas musik se-Medan waktu dia masih SMP sehingga dirumahnya banyak alat musik terutama gitar. Awal mula mengapa Rafa menjadi seperti sekarang ini yaitu ketika Ayah Rafa mulai sering bertengkar dengan Ibunya Rafa, Ayah Rafa menginginkan Rafa tidak bermain musik karena menurutnya bermain musik itu membuang-buang waktu saja dan lebih baik fokus pada sekolahnya tetapi Ibu Rafa berfikir sebaliknya, ia sangat mendukung anaknya bermain musik, puncaknya ketika Ayah dan Ibu Rafa bertengkar hebat di ruang tamu, entah setan apa yang masuk ke dalam diri ayah Rafa sehingga ia memukuli ibu Rafa dengan elektrik gitar Rafa hingga ibunya pun meninggal dunia bahkan kejadian itu disaksikan oleh mata kepala Rafa sendiri” Ujar nenek Rafa sambil meneteskan air mata

“Dan sekarang Ayahnya sampai saat ini masih dipenjara, sehingga Rafa hanya tinggal bersama ku” Kata nenek Rafa sampil mengusap air matanya

Vira pun terkejut dan iker tak percaya perkataan nenek Rafa, akhirnya Vira pun mengerti penyebab Rafa menjadi seperti sekarang ini.


Nerimo ing pandum

Matahari mulai menampakan diri, dari balik gunung-gunung yang begitu indah, suara ayam pun berkokok saling bersahutan, embun-embun juga menyelimuti bumi di pagi ini.Aku pun terbangun dari tidurku yang begitu nyaman dan terus aku gerakkan tubuh ini untuk menjalankan kehidupan yang telah diatur oleh Tuhan.

Pagi ini aku sarapan, mandi dan kemudian berangkat kuliah ini semua aku jalani tiap hari.Setiap hari aku berusaha jalani hidup ini dengan penuh semangat, jalani hidup ini berusaha berbuat baik kepada semua makhluk-Nya.Aku ini manusia biasa yang terkadang dapat berbuat baik seperti malaikat dan kadang sebaliknya, aku dapat berbuat keburukan seperti setan yang terus menggoda manusia sampai hari akhir nanti.

Hidup itu bagaikan suatu permainan, kadang aku menang dan kadang aku kalah, kehidupan itu memang sulit ditebak, yang penting jalani hidup itu haruslah seimbang antara kehidupan sementara dan kehidupan yang abadi, satu hal lagi yaitu jalani hidup ini dengan penuh rasa syukur karena masih banyak orang-orang diluar sana yang jauh kurang beruntung dari kita.

Matahari pun mulai meninggi, hawa panas pun telah terasa dikulit, aku selesai menuntut ilmu. Disela-sela itu, aku tak lupa berkumpul dengan teman untuksekedar menikmati indahnya dunia kemudian aku pun berjalan pulang menuju rumah ku yang nyaman.

Sore pun tiba, dimana akhir dari waktu siang yang begitu panas tiba, saat-saat yang begitu teduh, saat-saat burung-burung beriringan beterbangan untuk pulang.Aku menggerakkan tubuh ini untuk olahraga agar tubuhku terjaga dan tetap dapat jalani hidup ini dengan baik.Dan aku melepas segala penat disini ditempat ini, semua keluh, kesah dan masalah sejenak hilang entah kemana.

Tak terasa matahari pun mulai terbenam dan saat-saat gelapnya malam tiba, saat dimana kebanyakan manusia masuk ke dalam rumahnya untuk beristirahat dan saat-saat lampu-lampu kota mulai menyala. Aku pun bergegas pergi ke ranjang kecilku untuk membaringkan badan dan mengakhiri segala kejadian dan perbuatan ku hari ini, sebelum ku pejamkan mata ini aku selalu berdo’a untuk kesalamatan aku, keluargaku dan orang-orang yang aku sayangi serta berharap Tuhan akan membangunkan aku di keesokan harinya.

Kehidupan memang seperti ini adanya, tidak ada satu pun yang sama dan di dunia itu akan selalu ada dua hal yang bertolak belakang, kaya-miskin, Cantik-buruk, siang-malam, tinggi-rendah, jauh-dekat, banyak-sedikit. Tetapi apapun yang kita jalani, baik itu menyenangkan, menggembirakan, membahagiakan atau sebaliknya kekurangan, kepedihan, ketakutan tetaplah “nerimo ing pandum” jalani hidup penuh semangat, kembangkan potensi yang ada, tak henti bersyukur dan ingat Tuhan selalu ada didekatmu dikala kau susah atau pun senang



 
Nerimo ing pandum

Matahari mulai menampakan diri, dari balik gunung-gunung yang begitu indah, suara ayam pun berkokok saling bersahutan, embun-embun juga menyelimuti bumi di pagi ini.Aku pun terbangun dari tidurku yang begitu nyaman dan terus aku gerakkan tubuh ini untuk menjalankan kehidupan yang telah diatur oleh Tuhan.

Pagi ini aku sarapan, mandi dan kemudian berangkat kuliah ini semua aku jalani tiap hari.Setiap hari aku berusaha jalani hidup ini dengan penuh semangat, jalani hidup ini berusaha berbuat baik kepada semua makhluk-Nya.Aku ini manusia biasa yang terkadang dapat berbuat baik seperti malaikat dan kadang sebaliknya, aku dapat berbuat keburukan seperti setan yang terus menggoda manusia sampai hari akhir nanti.

Hidup itu bagaikan suatu permainan, kadang aku menang dan kadang aku kalah, kehidupan itu memang sulit ditebak, yang penting jalani hidup itu haruslah seimbang antara kehidupan sementara dan kehidupan yang abadi, satu hal lagi yaitu jalani hidup ini dengan penuh rasa syukur karena masih banyak orang-orang diluar sana yang jauh kurang beruntung dari kita.

Matahari pun mulai meninggi, hawa panas pun telah terasa dikulit, aku selesai menuntut ilmu. Disela-sela itu, aku tak lupa berkumpul dengan teman untuksekedar menikmati indahnya dunia kemudian aku pun berjalan pulang menuju rumah ku yang nyaman.

Sore pun tiba, dimana akhir dari waktu siang yang begitu panas tiba, saat-saat yang begitu teduh, saat-saat burung-burung beriringan beterbangan untuk pulang.Aku menggerakkan tubuh ini untuk olahraga agar tubuhku terjaga dan tetap dapat jalani hidup ini dengan baik.Dan aku melepas segala penat disini ditempat ini, semua keluh, kesah dan masalah sejenak hilang entah kemana.

Tak terasa matahari pun mulai terbenam dan saat-saat gelapnya malam tiba, saat dimana kebanyakan manusia masuk ke dalam rumahnya untuk beristirahat dan saat-saat lampu-lampu kota mulai menyala. Aku pun bergegas pergi ke ranjang kecilku untuk membaringkan badan dan mengakhiri segala kejadian dan perbuatan ku hari ini, sebelum ku pejamkan mata ini aku selalu berdo’a untuk kesalamatan aku, keluargaku dan orang-orang yang aku sayangi serta berharap Tuhan akan membangunkan aku di keesokan harinya.

Kehidupan memang seperti ini adanya, tidak ada satu pun yang sama dan di dunia itu akan selalu ada dua hal yang bertolak belakang, kaya-miskin, Cantik-buruk, siang-malam, tinggi-rendah, jauh-dekat, banyak-sedikit. Tetapi apapun yang kita jalani, baik itu menyenangkan, menggembirakan, membahagiakan atau sebaliknya kekurangan, kepedihan, ketakutan tetaplah “nerimo ing pandum” jalani hidup penuh semangat, kembangkan potensi yang ada, tak henti bersyukur dan ingat Tuhan selalu ada didekatmu dikala kau susah atau pun senang


Kaum Marjinal

Jalan hidup memang begini, akan tetap berjalan meski ada yang tertindas, meski ada yang tergilas dan meski ada orang yang menjajah diatas. Beginilah aku salah satu yang termasuk dalam kalangan itu, aku selalu dipandang rendah, selalu dianggap tak mampu bahkan dianggap tak ada, karena aku memang makhluk yang lemah dan Tuhan lah yang sempurna.Suatu hari aku ingin mencoba menjalani hidup ini dengan penuh semangat tapi aku selalu gagal, aku ingin mencoba unjuk gigi tapi aku malah disingkirkan. Pagi menyambut aku bangun tidur dengan pesimis, kemudian aku mencoba mencari kerja dengan segala ketrampilan yang ku miliki tapi semuanya menolak karena aku tak punya ijazah dan tak pernah makan bangku sekolah, bagaimana anak istriku nanti bila aku tak kerja, akhirnya aku jadi buruh dibawah kekuasaan sang majikan. Aku tetap jalani pekerjaan yang ada agar aku bisa menyekolahkan anak-anak hingga mereka sukses dan tak seperti aku yang payah

Aku harus menghormati mereka yang memiliki harta dan benda meskipun mereka tak sedikitpun memandang kaum seperti aku ini, mereka selalu memanfaatkan aku yang tak tahu dan tak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk politik atau kedok supaya mereka memiliki massa dan terpilih sebagi pemimpin. Aku tidak hanya satu di Negara tercinta Indonesia ini, masih banyak orang-orang seperti aku ini, bahkan ntidak hanya di Indonesia, di Negara-negara lain pun banyak dijumpai kaum ku ini. Aku bersyukur dapat makan hari ini untuk menyambung hidupku hari esok dan bisakah aku makan untuk hari-hari selanjutnya. Hari esok yang cerah kembali menyambut dan aku masih tetap begini

“Bapak, aku ingin seperti teman-temanku yang lain, bisa sekolah, bermain dan bersenang-senang” kata anak ku
“Sudah lah nak, kita ini masih berusaha, belum saatnya untuk meraih, jadi jalani hidup ini seperti air mengalir saja” jawab ku dengan senyum pedih

Sebenarnya aku ingin berteriak menyerukan nasib ku ini, tapi sekeras apapun teriakan ku pasti tak akan didengar oleh mereka yang diatas yang 180 derajat beda dengan nasib ku ini.Rumahku adalah dunia ini, beratapkan langit dan beralaskan bumi, terkadang aku juga tinggal di kolong jembatan dan sedikit mewah adalah rumah kardus.Lengkap sudah penderitaan, karena aku pun mengidap penyakit yang hanya orang kaya saja yang dapat berobat.

“Kasihanilah saya pak, saya belum makan 3 hari” Kata ku
“Kerja-kerja sana jangan hanya menadahkan tanganmu yang kotor itu” Jawab mereka yang benci
“Hanya sedikit yang dapat saya berikan pak, semoga dapat bermanfaat” Jawab mereka yang baik kepada ku

Sejenak aku terpaksa lakukan itu bila pikiran ku buntu dan semangat hidupku mulai pudar, kaki-kaki ku mulai lelah berjalan dan aku mulai lelah bekerja, terkadang aku menangisi hidup ini dan ingin menjauh dari itu semua tapi aku kembali pada pendirianku,

“Dunia ini hanya fana”
“Dunia hanya suatu jalan menuju keabadian” Ingat ku selama ini

Rasa syukur tetap terucap, ikhtiar dan do’a akan selalu mengaluni perjalanan hidup ku ini, agar kelak aku ike hidup bahagia walau tidak didunia yang fana ini. Karena Tuhan selalu menyertai aku disini, disana atau dimana pun aku berada, aku tahu Engkau Maha adil, Maha pemurah, Maha penyayang dan Maha segala-galanya. Dan satu yang ku ingat “Gusti mboten sare” kata orang jawa bilang.

Aku dan kaum ku akan tetap hidup walau sebenarnya mati rasa, jika aku aku nanti tiada, maka masih ikerru lagi orang-orang seperti aku ini, karena aku dan mereka semuanya adalah komponen kehidupan yang senantiasa saling mengisi.