Bukan cerita cinta
Beginilah
hidup Rafael nainggolan, tiap hari tidak ada yang pedulidan menemani, bukan
karena dia orangnya aneh, jahat atau sebagainya, dia hanya pendiam dan kurang
bisa bergaul.Rafa tinggal disebuah gang sempit di daerah Jakarta utara, dia
tinggal bersama neneknya seorang, walaupun begitu rafa juga mempunyai seorang
teman dekat bernama Doni.Doni inilah satu-satunya teman rafa yang sangat peduli
terhadap keadaannya, maklum Doni adalah teman rafa sejak SD dan sekarang pun
mereka masih satu sekolah yaitu di SMAN 12 Medan rerapi mereka berdua berbeda
kelas. Pagi yang cerah itu seperti biasa Rafa pergi ke sekolah dan tak sengaja
dia melihat papan pengumuman bahwa sekolahnya akan mengadakan festival musik
yang akan diikuti sekolah SMA seluruh Medan.
“Raf, kamu
sudah melihat pengumuman yang ditempel dekat ruang guru?” kata Doni sambil
menghampiri Rafa.
“Sudah, memang
kenapa?” jawab Rafa dengan tidak antusias.
“Ayo kita ikut
festival itu, siapa tau kita menang dan mendapatkan hadiahnya” kata Doni dengan
penuh semangat.
“Sudah ku
bilang aku tak akan bermain musik, aku benci dengan musik” jawab Rafa dengan
ketus.
“Kenapa kau
ini,selama ini aku sudah cukup sabar dengan sifatmu, semenjak kau masuk SMA
tingkahmu menjadi aneh, kau menjadi pendiam dan yang paling aku heran, mengapa
kau begitu benci dengan musik padahal dulu kamulah yang mengajari ku bermain
musik.”
Kemudian Doni
pergi meninggalkan Rafa dengan penuh kekecewaan.Semenjak kejadian itu Doni
satu-satunya teman dekat Rafa pun mulai menjauhi Rafa.Keesokan harinya
disekolah, Doni bersama temannya yaitu Vira tak sengaja berpapasan dengan Rafa,
kemudian Doni pun langsung membuang muka.
“Kenapa
kelihatan kamu sekarang menjauhi Rafa?” Tanya Vira.
“Buat apa
peduli dengan orang aneh semacam Rafa itu” Jawab Doni dengan geram
“Tapi bukankah
kalian kan selama ini sahabat yang tak terpisahkan?”Kata Vira
“Kenapa kamu
begitu peduli dengan orang aneh itu, jangan-jangan kau suka dengan Rafa ya?”
“Kalau iya
kenapa, sebenarnya sudah sejak lama aku suka kepada Rafa, jadi tolong ceritakan kepada ku kenapa kamu sekarang
menjauhi Rafa!” Ujar Vira
Doni
menceritakan semuanya kepada Vira, setelah itu Vira malah menjadi penasaran
kenapa seorang Rafa yang awalnya sangat gemar bermain musik, humoris serta
ramah menjadi pendiam dan terkesan acuh dengan semua orang, dari situlah Vira
mulai mencari tahu sebabnya.
Keesokan
harinya Vira berniat untuk tidak masuk sekolah untuk pergi ke rumah Rafa, dan
setelah lama mencari akhirnya dia pun menemukan rumah Rafa, kemudian Vira
berbincang-bincang dengan nenek Rafa dan neneknya pun menceritakan mengapa Rafa
menjadi seperti sekarang.
“Dulu Rafa
adalah anak yang ceria, suka bergaul dan sangat senang bermain musik bahkan dia
pernah menjadi juara pentas musik se-Medan waktu dia masih SMP sehingga dirumahnya
banyak alat musik terutama gitar. Awal mula mengapa Rafa menjadi seperti
sekarang ini yaitu ketika Ayah Rafa mulai sering bertengkar dengan Ibunya Rafa,
Ayah Rafa menginginkan Rafa tidak bermain musik karena menurutnya bermain musik
itu membuang-buang waktu saja dan lebih baik fokus pada sekolahnya tetapi Ibu
Rafa berfikir sebaliknya, ia sangat mendukung anaknya bermain musik, puncaknya
ketika Ayah dan Ibu Rafa bertengkar hebat di ruang tamu, entah setan apa yang
masuk ke dalam diri ayah Rafa sehingga ia memukuli ibu Rafa dengan elektrik
gitar Rafa hingga ibunya pun meninggal dunia bahkan kejadian itu disaksikan
oleh mata kepala Rafa sendiri” Ujar nenek Rafa sambil meneteskan air mata
“Dan sekarang
Ayahnya sampai saat ini masih dipenjara, sehingga Rafa hanya tinggal bersama
ku” Kata nenek Rafa sampil mengusap air matanya
Vira pun
terkejut dan iker tak percaya perkataan nenek Rafa, akhirnya Vira pun mengerti
penyebab Rafa menjadi seperti sekarang ini.
Nerimo ing pandum
Matahari mulai menampakan diri, dari balik
gunung-gunung yang begitu indah, suara ayam pun berkokok saling bersahutan,
embun-embun juga menyelimuti bumi di pagi ini.Aku pun terbangun dari tidurku
yang begitu nyaman dan terus aku gerakkan tubuh ini untuk menjalankan kehidupan
yang telah diatur oleh Tuhan.
Pagi ini aku sarapan, mandi dan kemudian
berangkat kuliah ini semua aku jalani tiap hari.Setiap hari aku berusaha jalani
hidup ini dengan penuh semangat, jalani hidup ini berusaha berbuat baik kepada
semua makhluk-Nya.Aku ini manusia biasa yang terkadang dapat berbuat baik seperti
malaikat dan kadang sebaliknya, aku dapat berbuat keburukan seperti setan yang
terus menggoda manusia sampai hari akhir nanti.
Hidup itu bagaikan suatu permainan, kadang aku
menang dan kadang aku kalah, kehidupan itu memang sulit ditebak, yang penting
jalani hidup itu haruslah seimbang antara kehidupan sementara dan kehidupan
yang abadi, satu hal lagi yaitu jalani hidup ini dengan penuh rasa syukur
karena masih banyak orang-orang diluar sana yang jauh kurang beruntung dari
kita.
Matahari pun mulai meninggi, hawa panas pun
telah terasa dikulit, aku selesai menuntut ilmu. Disela-sela itu, aku tak lupa
berkumpul dengan teman untuksekedar menikmati indahnya dunia kemudian aku pun
berjalan pulang menuju rumah ku yang nyaman.
Sore pun tiba, dimana akhir dari waktu siang
yang begitu panas tiba, saat-saat yang begitu teduh, saat-saat burung-burung
beriringan beterbangan untuk pulang.Aku menggerakkan tubuh ini untuk olahraga
agar tubuhku terjaga dan tetap dapat jalani hidup ini dengan baik.Dan aku
melepas segala penat disini ditempat ini, semua keluh, kesah dan masalah
sejenak hilang entah kemana.
Tak terasa matahari pun mulai terbenam dan
saat-saat gelapnya malam tiba, saat dimana kebanyakan manusia masuk ke dalam
rumahnya untuk beristirahat dan saat-saat lampu-lampu kota mulai menyala. Aku
pun bergegas pergi ke ranjang kecilku untuk membaringkan badan dan mengakhiri
segala kejadian dan perbuatan ku hari ini, sebelum ku pejamkan mata ini aku
selalu berdo’a untuk kesalamatan aku, keluargaku dan orang-orang yang aku
sayangi serta berharap Tuhan akan membangunkan aku di keesokan harinya.
Kehidupan memang seperti ini adanya, tidak ada
satu pun yang sama dan di dunia itu akan selalu ada dua hal yang bertolak
belakang, kaya-miskin, Cantik-buruk, siang-malam, tinggi-rendah, jauh-dekat,
banyak-sedikit. Tetapi apapun yang kita jalani, baik itu menyenangkan, menggembirakan,
membahagiakan atau sebaliknya kekurangan, kepedihan, ketakutan tetaplah “nerimo
ing pandum” jalani hidup penuh semangat, kembangkan potensi yang ada, tak henti
bersyukur dan ingat Tuhan selalu ada didekatmu dikala kau susah atau pun senang
Nerimo ing pandum
Matahari mulai menampakan diri, dari balik
gunung-gunung yang begitu indah, suara ayam pun berkokok saling bersahutan,
embun-embun juga menyelimuti bumi di pagi ini.Aku pun terbangun dari tidurku
yang begitu nyaman dan terus aku gerakkan tubuh ini untuk menjalankan kehidupan
yang telah diatur oleh Tuhan.
Pagi ini aku sarapan, mandi dan kemudian
berangkat kuliah ini semua aku jalani tiap hari.Setiap hari aku berusaha jalani
hidup ini dengan penuh semangat, jalani hidup ini berusaha berbuat baik kepada
semua makhluk-Nya.Aku ini manusia biasa yang terkadang dapat berbuat baik seperti
malaikat dan kadang sebaliknya, aku dapat berbuat keburukan seperti setan yang
terus menggoda manusia sampai hari akhir nanti.
Hidup itu bagaikan suatu permainan, kadang aku
menang dan kadang aku kalah, kehidupan itu memang sulit ditebak, yang penting
jalani hidup itu haruslah seimbang antara kehidupan sementara dan kehidupan
yang abadi, satu hal lagi yaitu jalani hidup ini dengan penuh rasa syukur
karena masih banyak orang-orang diluar sana yang jauh kurang beruntung dari
kita.
Matahari pun mulai meninggi, hawa panas pun
telah terasa dikulit, aku selesai menuntut ilmu. Disela-sela itu, aku tak lupa
berkumpul dengan teman untuksekedar menikmati indahnya dunia kemudian aku pun
berjalan pulang menuju rumah ku yang nyaman.
Sore pun tiba, dimana akhir dari waktu siang
yang begitu panas tiba, saat-saat yang begitu teduh, saat-saat burung-burung
beriringan beterbangan untuk pulang.Aku menggerakkan tubuh ini untuk olahraga
agar tubuhku terjaga dan tetap dapat jalani hidup ini dengan baik.Dan aku
melepas segala penat disini ditempat ini, semua keluh, kesah dan masalah
sejenak hilang entah kemana.
Tak terasa matahari pun mulai terbenam dan
saat-saat gelapnya malam tiba, saat dimana kebanyakan manusia masuk ke dalam
rumahnya untuk beristirahat dan saat-saat lampu-lampu kota mulai menyala. Aku
pun bergegas pergi ke ranjang kecilku untuk membaringkan badan dan mengakhiri
segala kejadian dan perbuatan ku hari ini, sebelum ku pejamkan mata ini aku
selalu berdo’a untuk kesalamatan aku, keluargaku dan orang-orang yang aku
sayangi serta berharap Tuhan akan membangunkan aku di keesokan harinya.
Kehidupan memang seperti ini adanya, tidak ada
satu pun yang sama dan di dunia itu akan selalu ada dua hal yang bertolak
belakang, kaya-miskin, Cantik-buruk, siang-malam, tinggi-rendah, jauh-dekat,
banyak-sedikit. Tetapi apapun yang kita jalani, baik itu menyenangkan, menggembirakan,
membahagiakan atau sebaliknya kekurangan, kepedihan, ketakutan tetaplah “nerimo
ing pandum” jalani hidup penuh semangat, kembangkan potensi yang ada, tak henti
bersyukur dan ingat Tuhan selalu ada didekatmu dikala kau susah atau pun senang
Kaum Marjinal
Jalan hidup memang begini, akan tetap
berjalan meski ada yang tertindas, meski ada yang tergilas dan meski ada orang
yang menjajah diatas. Beginilah aku salah satu yang termasuk dalam kalangan
itu, aku selalu dipandang rendah, selalu dianggap tak mampu bahkan dianggap tak
ada, karena aku memang makhluk yang lemah dan Tuhan lah yang sempurna.Suatu
hari aku ingin mencoba menjalani hidup ini dengan penuh semangat tapi aku
selalu gagal, aku ingin mencoba unjuk gigi tapi aku malah disingkirkan. Pagi
menyambut aku bangun tidur dengan pesimis, kemudian aku mencoba mencari kerja
dengan segala ketrampilan yang ku miliki tapi semuanya menolak karena aku tak
punya ijazah dan tak pernah makan bangku sekolah, bagaimana anak istriku nanti
bila aku tak kerja, akhirnya aku jadi buruh dibawah kekuasaan sang majikan. Aku
tetap jalani pekerjaan yang ada agar aku bisa menyekolahkan anak-anak hingga
mereka sukses dan tak seperti aku yang payah
Aku harus menghormati mereka yang memiliki
harta dan benda meskipun mereka tak sedikitpun memandang kaum seperti aku ini,
mereka selalu memanfaatkan aku yang tak tahu dan tak mempunyai pengetahuan yang
cukup untuk politik atau kedok supaya mereka memiliki massa dan terpilih sebagi
pemimpin. Aku tidak hanya satu di Negara tercinta Indonesia ini, masih banyak
orang-orang seperti aku ini, bahkan ntidak hanya di Indonesia, di Negara-negara
lain pun banyak dijumpai kaum ku ini. Aku bersyukur dapat makan hari ini untuk
menyambung hidupku hari esok dan bisakah aku makan untuk hari-hari selanjutnya.
Hari esok yang cerah kembali menyambut dan aku masih tetap begini
“Bapak, aku ingin seperti teman-temanku yang
lain, bisa sekolah, bermain dan bersenang-senang” kata anak ku
“Sudah lah nak, kita ini masih berusaha,
belum saatnya untuk meraih, jadi jalani hidup ini seperti air mengalir saja”
jawab ku dengan senyum pedih
Sebenarnya aku ingin berteriak menyerukan
nasib ku ini, tapi sekeras apapun teriakan ku pasti tak akan didengar oleh
mereka yang diatas yang 180 derajat beda dengan nasib ku ini.Rumahku adalah
dunia ini, beratapkan langit dan beralaskan bumi, terkadang aku juga tinggal di
kolong jembatan dan sedikit mewah adalah rumah kardus.Lengkap sudah
penderitaan, karena aku pun mengidap penyakit yang hanya orang kaya saja yang
dapat berobat.
“Kasihanilah saya pak, saya belum makan 3 hari”
Kata ku
“Kerja-kerja sana jangan hanya menadahkan
tanganmu yang kotor itu” Jawab mereka yang benci
“Hanya sedikit yang dapat saya berikan pak,
semoga dapat bermanfaat” Jawab mereka yang baik kepada ku
Sejenak aku terpaksa lakukan itu bila pikiran
ku buntu dan semangat hidupku mulai pudar, kaki-kaki ku mulai lelah berjalan
dan aku mulai lelah bekerja, terkadang aku menangisi hidup ini dan ingin
menjauh dari itu semua tapi aku kembali pada pendirianku,
“Dunia ini hanya fana”
“Dunia hanya suatu jalan menuju keabadian”
Ingat ku selama ini
Rasa syukur tetap terucap, ikhtiar dan do’a
akan selalu mengaluni perjalanan hidup ku ini, agar kelak aku ike hidup bahagia
walau tidak didunia yang fana ini. Karena Tuhan selalu menyertai aku disini,
disana atau dimana pun aku berada, aku tahu Engkau Maha adil, Maha pemurah,
Maha penyayang dan Maha segala-galanya. Dan satu yang ku ingat “Gusti mboten
sare” kata orang jawa bilang.
Aku dan kaum ku akan tetap hidup walau
sebenarnya mati rasa, jika aku aku nanti tiada, maka masih ikerru lagi
orang-orang seperti aku ini, karena aku dan mereka semuanya adalah komponen
kehidupan yang senantiasa saling mengisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar